obrolan warung kopi
sebetulnya ini cuma obrolan ngalor ngidul dengan seorang pekerja seni ketika suatu malam di tengah hutan kita lagi bengong2 gak ada kerjaan dan pada suatu sore ketika sedang menunggu pesawat di bandara.
obrolan itu dibilang berat ya gak juga, tapi dibilang ringan kok ya terkadang ada komentar atau pertanyaan yang rada menohok dan membuat gue jadi berpikir (duh!). awalnya si pekerja hanya menceritakan awal mula dia terjun ke dunia yang telah ia geluti selama 12 tahun ini, kegilaan teman2 seprofesinya (ini bagian favorit gue, karena kocak2 banget ceritanya), keluarganya, dan keinginannya untuk hidup normal seperti orang kebanyakan.
"emang yang normal itu menurut lo seperti apa?" cuma itu pertanyaan yang keluar dari gue, dan jawabannya adalah,"hmmm gimana ya... paling gak punya jam kerja normallah, pagi ke kantor sampai sore, setelah itu kan bisa main sama anak di rumah." sebetulnya lebih banyak lagi konsep 'normal' yang dia jelaskan, tapi si pekerja sendiri menyadari bahwa dia gak bisa dan gak bakal bisa menjalani hidup normal seperti itu karena memang dia sendiri bukan orang yang bisa terikat dengan rutinitas 'normal'.
dari cerita2nya, mungkin bisa dibilang orang seperti dia benar2 mengandalkan mood dan suasana hati untuk berkarya dan berkreasi. hampir semua keputusan yang diambilnya pun berdasarkan keinginan hatinya, meskipun pada awalnya orang2 terdekat tidak mendukung pilihannya, si pekerja berkeras untuk menjalani pilihannya dengan segala resiko yang bakal dihadapi.
dan sepertinya itu semua memang tidak sia2. si pekerja menikmati pekerjaan sesuai keinginannya dan tidak ada paksaan dari unit di luar dirinya untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu. di tengah ceritanya, ada satu pernyataan yang membuat gue jadi berpikir. si pekerja mengatakan bahwa ada kepuasan yang ia dapat dari pekerjaan yang telah lama ia geluti. pertama, dengan pekerjaannya itu ia dapat menghidupi anak istrinya, dan kedua, ada karya nyata yang dihasilkan dari setiap pekerjaan yang ia lakukan. karya yang bakal melekat seumur hidup, menjadi kebanggaan kalau karya itu dianggap baik, dan mungkin jadi pelajaran jika karyanya dianggap kurang memadai.
dari situ gue jadi bertanya pada diri sendiri, "ada gak ya kepuasan yang gue dapat dari pekerjaan gue sekarang ini?" dilihat dari segi finansial, jelas2 pekerjaan ini belum bisa menghidupi sebuah keluarga. lha wong untuk diri sendiri aja masih kembang kempis. dari sisi karya, apalah yang gue hasilkan? BIG ZERO! gak ada yang bisa dibanggakan. bagaimana dengan kepuasan yang lain? hmmmmm... sepertinya perlu waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan itu. masalahnya, bagaimana kita bisa mendapat kepuasan jika kita menjalani sesuatu yang tidak kita senangi?
ah, tapi itu kan cuma obrolan kosong untuk membunuh waktu, jadi kenapa mesti dipikirin lagi sekarang? sudahlah. ftd!